The Smiling General” menjadi sebuah judul buku biografi presiden Soeharto hasil dari penulis asal Jerman Barat, O.G Roeder. Julukan ini juga yang menjadi sangat populer di dunia internasional, karena Jenderal yang satu ini memang dikenal dengan raut mukanya yang selalu tersenyum.
Jenderal yang mengambil alih kekuasaan dari Presiden Soekarno, dan resmi menjadi presiden Indonesia pada tahun 1968 ini memang sarat kontroversial. Pada masa pemerintahnya, Walaupun Presiden Soeharto membangun negara yang stabil dan mencapai kemajuan ekonomi dan infrastruktur. Namun, Suharto juga membatasi kebebasan warganegara Indonesia keturunan Tionghoa, dan dianggap sebagai rezim paling korup sepanjang masa. Maka kekuasaannya selama 32 tahun di Indonesia harus tumbang pada mei 1998.
Terlepas dari beberapa kasus kontroversial dan tuduhan-tuduhan yang dialamatkan kepadanya, tentunya kita juga harus menghargai peninggalan beliau yang juga menjadi sejarah besar perkembangan negara Indonesia. JASMERAH, Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah, semboyan yang diucapkan presiden Soekarno dalam pidato terakhirnya di tahun 1966, semboyan ini yang sudah sewajibnya berlaku bagi kita para penerus bangsa.
Hal ini mungkin yang menjadi alasan adik tiri Jenderal Besar H.M Soeharto, Bapak Probo Sutedjo membangun lokasi memorial untuk mengenang kembali sejarah kekuasaan Presiden Soeharto, beruntung saya dapat mengunjunginya langsung lokasi bersejarah ini.
Museum yang diresmikan tepat pada hari lahir Soeharto yaitu pada bulan 8 juni di tahun 2013 ini dibangun persis diatas rumah masa kecil pak Harto, museum ini bukan untuk mengkultuskan sosok presiden Soeharto, tapi sebagai tempat untuk mengenang kembali jasa pak Harto saat memimpin Indonesia. Museum yang terletak di Desa Kemusuk, Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta, benar-benar lokasi dimana presiden kedua Indonesia ini dilahirkan, dan menjadi desa yang lekat dengan presiden Soeharto. Jika melihat kembali sejarah Agresi Militer Belanda II, desa ini sempat diserang oleh Belanda yang memburu Soeharto hingga pelosok desa namun tidak menemukan hingga pasukan Belanda melakukan pembersihan dan menembak mati pemuda di desa kemusuk, bahkan hingga menewaskan R. Atmoprawiro, ayah kandung dari Probosutedjo dan Presiden Soeharto.
===================================================
No comments:
Post a Comment